PESAREAN GUNUNG KAWI

         Empat puluh kilometer di sebelah Barat Kota madya Malang yang terletak didaerah Jawa Timur, ada suatu tempat berziarah yang sejak lama terkenal. Pesarean Gunung Kawi, namanya. Karena disana terdapat dua buah makam tokoh-tokoh islam yang terkenal. Seorang Guru dan seorang Murid. Keduanya berbangsa indonesia dari suku jawa, masing-masing bernama Eyang Djoego dan Raden Mas Iman Soedjono.
          Kebanyakan, orang mengenal dua tokoh yang dimakamkan di sana dengan sebutan Embah Djoego dan Embah Iman Soedjono.

        Tiap hari, tidak sedikit orang yang datang untuk berziarah ke makamnya. Dan jumlah peziarah akan menjadi ribuan orang manakala jatuh pada hari-hari Jum'at Legi.
       Para peziarah itu ternyata tidak hanya berasal dari Desa atau Kota yang terletak di wilayah Jawa Timur saja. Bahkan mereka berduyun-duyun berdatangan dari segenap pelosok Negri ini.
         Hal itu tidak mengherankan, sebab untuk mencapai makam yang terletak di lereng Kawi itu tidaklah sesulit yang dibayangkan orang. Disamping kendaraan begitu banyak yang mondar-mandir ke sana, fasilitas jalan rayanyapun cukup baik.

       Jika kita bertolak dari kota Malang, kita akan melewati Kepanjen. Membias kekanan, kita akan melangkahi Ngajum. Dan manakala kendaraan kita telah meluncur Lewat Tumpangrejo, maka bisa dipastikan bahwa dalam beberapa menit lagi kita akan menjejaki Dukuh Wonosari.
       Nah, kita sudah sampai !! Ongkos dari Malang sampai ke Wonosari lebih kurang hanya ....!   Tapi sabar dulu. Kita sudah sampai, bukan berarti kita sudah sampai ketempat berziarah. Sebab untuk menuju ke Makam, kita masih dipisahkan jarak sepanjang 750 meter, melewati ratusan tangga yang tersusun rapi.
      Meskipun tangga itu menanjak keketinggian 800 meter di atas permukaan laut, rasa lelah dan letih hampir tidak kita rasai. Hawanya yang sejuk, udara yang nyaman dan tentram, bagaikan suasana pariwisata yang menyenangkan.
     Cobalah kita layangkan pandangan kita kearah Barat. Sebelum mencapi kaki langit sebelah sana, awan berarak mengabuti bukit-bukit yang tampak kelabu. Sedangkan puncak Kawi yang megah menggamit rasa dan merangsang pandang.
     Setelah beberapa lama kita berjalan dengan santai, dikanan kiri kita akan banyak deretan Toko dan Rumah makan. Dan dengan demikian kita tidak usah cemas apabila kita ingin Berbelanja apa saja. Termasuk barang-barang sovenir yang Khas Gunung Kawi, berupa tongkat-tongkat kayu berbentuk Ular Naga.
            Berbicara tentang  ' ' tongkat kayu ular Naga ' '  itu, ada ceritanya sendiri. Bukan cerita tentang ular Naga-nya'' , melainkan siapa pembuatnya..
         Seperti kita ketahui, bahwa kebanyakan tempat-tempat berziarah di Negri ini selalu banyak terdapat Gerombolan orang yang melakukan kerja sebagai peminta-minta. Katakanlah pengemis atau tuna karya.
Dan pesarean gunung kawi-pun tidak bisa terhindar dari tradisi ini..
           Hanya berbeda dengan para pengemis ditempat lain, sebab pengemis-pengemis yang ada di Gunung Kawi  bisa dikatakan sebagai pengemis yang Kreatip,, mereka bukan sekedar menjadi peminta-minta, tapi lebih dari itu, juga berkarya. Dan salah satu Contoh hasil karya mereka tak lain adalah tongkat-tongkat kayu bermotip (Ular Naga) itu.

      Berjalan terus melalui tangga, kita akan sampai disebuah Pos keamanan. Nah, disanah dipersilahkan mendaptarkan diri sebagai tamu. Kita hanya menyebutkan nama dan alamat saja untuk dicatat, seterusnya boleh berjalan terus tanpa dipungut biaya apa-apa.
        Pengurus Pesarean Gunung Kawi dengan ramah telah menyediakan pasilitas penginapan lengkap dengan tempat tidur sederhana kepada kita, dengan tanpa tipungut biaya.
       Didalam penginapan itu, kita melihat orang sebagai manusia sejajar baik dalam harkat maupun kehidupannya. Tidak ada perbedaan yang menyolok antara satu dengan yang lainnya. Antara si kaya dengan si miskin. Mereka semua tidur beralaskan tikar. Mereka tampak rukun dan damai. Seolah-olah semua menyadari, bahwa di hadapan Yang Maha Esa, kita semua hanya merupakan zarah yang tak berarti di alam yang fana ini.

                 Temperatur yang terkadang kelewat dingin, menyebabkan kita rindu untuk mandi dengan air hangat. Andai kata benar demikian, kitapun boleh masuk ke kamar-kamar mandi yang ada. Mandi dengan air hangat.!
Bukan air hangat sebagai sumber alam yang bercampur dengan asap belerang. Tapi air hangat itu diperoleh setelah digodog diatas tungku perapian. Dan untuk itu, kita cukup membuka dompet memberikan Rp...!! Sebagai imbalan. Tarip yang cukup pantas untuk sebuah kehangatan.

                 Hanya greja saja yang rupanya belum di bangun.
Mesjid yang terletak di sebelah kiri Makam, disediakan untuk penduduk dan para pengunjung yang beragama Islam untuk menjalankan ibadahnya. Sedangkan untuk para pengunjung keturunan Tionghoa yang beragama Budha/Tri Dharma, disana disediakan Dewi Kwan Im dan Jiamsi.



                 Banyak hal-hal yang perlu mendapat perhatian para pengunjung Blog ini. Baik tentang Riwayat Mbah Djoego. Maupun tentang Riwayat Mbah Iman Soedjono. Juga tentang Tata cara berziarah maupun tempat-tempat yang cukup menarik untuk di kunjungi. Dan terserah kita. Apakah akan kita kunjungi sebagi tempat berziarah, ataukah semata-mata sebagi tempat tujuan wisata belaka.
     
          Secara singkat, akan termaktub dalam edisi-edisi berikutnya. Mungkin kita sudah mengetahui. Tapi mengulang kembali hal-hal yang menarik, kiranya bukan merupakan kerja yang membosankan bukan..?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUNCAK GUNUNG PITRANG

MENGENAL TOKOH-TOKOH GUNUNG KAWI

TIONGHOA DI GUNUNG KAWI